Apapun yang diberikan Allah kepada manusia pasti baik, namun tidak semua yang diinginkan manusia mengandung kebaikan

Jumat, 23 Juni 2017

MACET DAN RENUNGAN ANTRI DI PADANG MAHSYAR

FENOMENA MACET LALU LINTAS DAN RENUNGAN ANTRI DI PADANG MAHSYAR

DR. LA JAMAA, MHI

       Salah satu fenomena lalu lintas jalan raya di perkotaan adalah macet. Apalagi pada momen-momen tertentu, seperti menjelang Lebaran Idul Fitri dan Natal/Tahun Baru. Kemacetan lalu lintas jalan raya menjadi fenomena yang umum terjadi. Menghadapi kemacetan lalu lintas jalan raya yang terkadang hingga belasan kilometer tersebut tentunya akan mempengaruhi psikologis para pengguna jalan, baik pengendara roda dua maupun roda empat. Kebanyakan pengguna jalan akan merasa jenuh, galau dan stress menunggu tanpa kepastian tiba di tempat tujuan.
      Dengan demikian kemacetan lalu lintas jalan raya tersebut tidaklah menyenangkan dan sebaliknya menimbulkan perasaan marah, kecewa, apalagi para pengguna jalan yang mau tiba di tempat tujuan tepat waktu. Namun demikian kondisi kemacetan dalam tataran tertentu tidak dapat diterobos sehingga hrus menunggu berjam-jam lamanya sebelum keluar dari lingkup kemacetan jalan raya dimaksud.
      Karena itu peristiwa kemacetan lalu lintas jalan raya perlu direnungkan dengan pikiran positif dengan mengingat dan mengambil i'tibar suasana kepanitan umat manusia di padang Mahsyar. Di sana lautan manusia yang tidak terhitung jumlahnya, disertai dengan perasaan cemas, panik dan ketakutan tentang nasib akhir tiap orang. Apalagi menurut informasi hadis, suasana tersebut ditambah dengan teriknya sinar matahari sehingga mereka mandi keringat dengan kadar yang berbeda-beda sesuai dengan amal perbuatannya semasa hidup di dunia.
      Suasana kegundahan hati menghadapi macet belum seberapa dibandingkan dengan kepanikan, ketakutan tiap orang saat berada di Padang Mahsyar. Sehingga setiap peristiwa yang kita alami dapat mengantarkan kita kepada kedekatan dengan Allah. Jika hal itu dilakukan, maka setidaknya kita tidak galau dan stres menghadapi macet lalu lintas jalan raya. Semacet-macetnya jalan raya di dunia dengan segala problematika, insya Allah yang bersangkutan akan sampai ke tempat tujuan. Sedangkan menunggu di Padang Mahsyar sangat menegangkan sebab suasananya sangat menakutkan (tentunya sesuai dengan amal perbuatan tiap orang). Akhir dari masa hisab (perhitungan amal perbuatan) setiap orang adalah kehidupan yang bahagia (surga) atau kehidupan yang sangat senfgsara (neraka).
Wallahu a'lam bis shawwab

Selasa, 04 April 2017

PENDIDIKAN DENGAN PENDEKATAN HUMANIS

PENDIDIKAN DENGAN PENDEKATAN HUMANIS

DR. LA JAMAA, MHI

     Pendidikan pada hakekatnya bertujuan untuk memanusiakan manusia, mengantarkan peserta didik menjadi manusia yang beradab. Karena itu seorang pendidik dituntut untuk mengedepankan pendekatan humanis dalam mendidik peserta didiknya. Pendekatan kekerasan fisik dan psikis meskipun dianggap sukses, namun menyisahkan preseden buruk dari aspek kemanusiaan. Salah satu di antaranya adalah munculnya perasaan dendam dengan menggunakan pendekatan kekerasan dalam menyelesaikan masalahnya dengan orang lain termasuk kepada anak didiknya.
     Pengalaman dirinya mengalami tindak kekerasan fisik dan psikis dari guru atau dosennya tanpa disadari telah membekas dalam ingatannya sehingga sadar atau tidak sadar akan digunakan dalam interaksinya dengan orang lain. Memang hal itu tidak berlaku umum namun demikian banyak terjadi dalam kehidupan kita.
   Salah satu solusinya adalah pendidikan dengan pendekatan humanis dengan berusaha memahami  peserta didik serta berempati terhadap kesulitan belajar mereka. Hal itu bukan berarti mengampangkan masalah, namun mencarikan solusi yang tepat dan benar terhadap permasalahan yang dihadapi peserta didik, termasuk sikap peserta didik yang terkesan melanggar aturan akademik, misalnya siswa atau mahasiswa tidak disiplin masuk kelas, kurang fokus mengikuti proses pembelajaran, tidak menyelesaikan tugas pekerjaan rumah, tugas makalah pribadi atau kelompok, dsb. Dalam kaitan itu pendidik tidak cukup memberikan solusi melalui pemberian punishment/hukuman untuk menyadarkan peserta didiknya. Akan tetapi pendidik perlu juga menggunakan pendekatan lain yang lebih humanis dengan menyelidiki faktor penyebab sikap peserta didik yang tidak taat aturan tersebut.
    Pemberian hukuman fisik kepada peserta didik memang dianggap sebagai salah satu solusi dalam mendidik sikap peserta didik yang tidak disiplin namun perlu juga digunakan pendekatan empati kepada peserta didik. Karena bisa jadi sikap tidak disiplin itu justru disebabkan oleh kondisi ekonomi peserta didik yang bersangkutan. Misalnya dalam sebuah kisah seorang siswa selalu datang terlambat masuk kelas sehingga mendapat hukuman dipukul telapak tangannya oleh gurunya. Namun pada suatu hari tanpa disengaja sang guru melihat si siswa membawa koran ke beberapa rumah pelanggan di pagi hari. Pekerjaannya itu menyebabkan dia selalu terlambat masuk sekolah. Sang guru baru sadar bahwa siswanya itu selalu terlambat datang ke sekolah bukan karena kemalasan semata, namun disebabkan oleh kondisi ekonomi keluarganya yang memaksa dirinya harus bekerja mencari nafkah. Di akhir cerita sang guru merubah sikapnya terhadap siswanya itu, merubah sanksi fisik dengan empati. Empati terhadap kegigihan si siswa dalam berjuang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk biaya sekolahnya.
     Dalam dunia pendidikan tinggi banyak mahasiswa yang harus berjuang kuliah sambil bekerja banting tulang justru sangat rajin mengikuti perkuliahan sehingga mencapai prestasi akademik yang sangat memuaskan bahkan ada sebagian di antara mereka yang sukses sebagai lulusan terbaik di antara para wisudawan seangkatannya. 


Selasa, 14 Maret 2017

BERKARYA UNTUK KEMANUSIAAN

BERKARYA UNTUK KEMANUSIAAN
DR. La Jamaa, MHI

   Hidup ini singkat. Karena itu hidup setiap manusia harus bermakna bukan saja untuk diri sendiri namun bermakna untuk sesama manusia dan makhluk hidup di alam ini. Tiap orang dapat berkarya sesuai dengan kemampuan intelektual dan pengalamannya. Dalam konteks ini karya seseorang tidak harus sama dan memang tidak selalu sama, sehingga saling melengkapi antara satu sama lain di antara mereka. Apalagi latar belakang pendidikan dan pengalaman setiap orang tidaklah sama.
   Nilai seseorang  pada hakekatnya tidak diukur berdasarkan usianya selama hidup di dunia, namun diukur dari seberapa besar/banyak manfaat yang mampu diberikan untuk kemaslahatan hidup sesama manusia dan makhluk hidup di alam semesta ini. Banyak orang-orang besar yang namanya tetap hidup sepanjang sejarah hidup manusia meskipun yang bersangkutan telah lama meninggalkan alam fana ini. Nama mereka hidup berdasarkan hasil karya yang sukses mereka tinggalkan untuk kepentingan manusia dulu, sekarang dan yang akan datang. Karya-karya mereka bukan saja di bidang sains, teknologi namun juga mencakup para ulama yang meninggalkan karya pemikiran untuk umat manusia sepanjang sejarah. Atas jasa Thomas Alva Edison misalnya, manusia modern bisa menikmati berbagai fasilitas teknologi yang pada umumnya menggunakan tenaga listrik. Begitu juga para penemu berbagai alat teknologi yang dinikmati umat manusia dewasa ini.
   Dalam bidang pemikiran keagamaan, para ulama salaf, dan khalaf hingga era kontemporer ini telah mewariskan kitab-kitab yang tak terhitung jumlahnya yang memudahkan umat Islam memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam al-Qur'an dan hadis. Tak bisa dibayangkan jika seandainya para ulama tersebut tidak berijtihad dan meninggalkan karya-karyanya. Mungkin ayat-ayat al-Qur'an dan hadis hanya bisa dibaca namun bagi kebanyakan umat Islam sulit untuk diamalkan dalam kehidupan. Berbagai ketentuan hukum beribadah saja misalnya, ternyata bukan dirumuskan secara detail dalam wahyu. Rumusan detail ketentuan ibadah dalam Islam itu merupakan hasil ijtihad para ulama.
   Para teknokrat/arsitek mewariskan bangunan-bangunan yang sangat bermanfaat untuk manusia. Dalam pelaksanaan ibadah pun dibutuhkan bangunan khusus yang disebut masjid. Bangunan masjid butuhkan rancangan yang matang sehingga jasa arsitek sangatlah besar. Bangunan masjid meskipun dimanfaatkan untuk ibadah kepada Allah namun jika tidak dirancang sesuai ketentuan sunnatullah oleh ahlinya (arsitek) kemungkinan besar tidak bisa bertahan lama.
  Karena itu setiap orang dapat berkarya untuk kebaikan apapun yang bisa dilakukannya. Tentunya bukan karya yang dapat merusak alam semesta dan membahayakan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Sekecil apapun karya kebaikannya insya Allah akan dicatat dalam catatan buku kebaikan di alam metafisika sana. Buku catatannya akan diperlihatkan kepadanya dengan objektif tanpa dikurangi dan ditambah-tambahi sedikit pun. Malaikat pencatat kebaikan setiap hamba sangatlah objektif, tidak mungkin bersikap KKN dengan manusia. Malaikat tidak punya kepentingan apa-apa dalam melakukan tugasnya sebagai pencatat amal setiap hamba Allah. Sikap objektivitas malaikat pencatat amal perbuatan manusia memang sangat sempurna disebabkan malaikat hanya punya akal tanpa hawa nafsu, sebagaimana yang ada pada manusia. Akal manusia memang mampu melambungkan manusia ke puncak kebaikan ibarat malaikat namun hawa nafsunya yang jahat dapat menjerumuskan manusia ke jurang kebinatangan, bahkan menurut al-Qur'an pada tataran tertentu perbuatan jahat manusia bisa melampaui sifat kebinatangan.
   Karena itu dalam menghasilkan karya untuk memanusiakan manusia dan kemanusiaan, akan berhadapan dengan perang antara akal dan hawa nafsu. Akal dan nafsu muthma'inahnya yang mengantarkan manusia kepada pikiran yang maslahat untuk manusia dan kemanusiaan namun nafsu su'nya akan mengantarkan karya-karya yang dapat membahayakan manusia dan kemanusiaan. Dengan demikian tantangannya sangatlah besar. Sehingga membutuhkan mujahadah antara akal, nafs rabbani dengan nafsu su, nafsu lawwamah.  Akal dan nafs rabbani akan mendorong dan mengantar seseorang kepada kemuliaan, dan kemaslahatan bagi manusia dan kemanusiaan. Sedangan nafsu su' akan membawa manusia kepada sikap permusuhan, kemudaratan bagi manusia dan kemanusiaan. Meskipun yang bersangkutan menyangka dirinya telah melakukan berbagai kegiatan-kegiatan besar untuk kemaslahatan manusia. Hal itu tidak disadarinya lantaran hawa nafsunya telah menghiasi semua perbuatan buruknya terasa benar sehingga orang-orang semacam itu mudah menyepelekan usaha orang lain. Mereka merasa hanya mereka yang berjasa, sedangkan orang lain tak punya jasa apa-apa.
    Wallahu a'lam bis shawwab

Wallahu a'lam bis shawwab.