Apapun yang diberikan Allah kepada manusia pasti baik, namun tidak semua yang diinginkan manusia mengandung kebaikan

Rabu, 31 Desember 2014

Rahasia dan Keajaiban di Balik Sedekah

Oleh: Dr. La Jamaa, MHI


    Menurut informasi al-Qur'an, Allah akan melipatgandakan harta yang dikeluarkan seseorang muslim di jalan Allah, ibarat orang yang menanam sebutir biji lalu tumbuh dan berkembang menjadi pohon yang memiliki tujuh tangkai. Setiap tangkai tumbuh 100 buah. Bahkan Allah berkenan melipatgandakan lebih dari 700 kali lipat tersebut menurut kehendak-Nya. Hal itu bermakna bahwa harta yang dizakatkan, diwakafkan, disedekahkan atau diinfakkan karena mengharapkan reda Allah akan diberi balasan minimal 10 kali, 100 kali atau 700 kali lipat bahkan lebih dari 700 kali lipat (tak terhingga jumlahnya) oleh Allah. Hal itu sangat mudah bagi Allah, karena Dia Mahakaya lagi Mahapemurah.
        Hitungan-hitungan terhadap balasan Allah tersebut jika hanya dipahami dengan logika sekuler sepertinya tidak masuk akal. Sebab dalam logika sekuler yang kapitalis menganggap bahwa memberikan zakat, wakaf, sedekah, hibah atau infak sama artinya mengurangi jumlah harta yang dimiliki seseorang. Mana mungkin bisa bertambah hartanya setelah dikeluarkan dibagi kepada orang lan baik melalui zakat, wakaf, hibah, sedekah maupun infak? Yang nyatanya hartanya jadi berkurang pasca dikeluarkan sebagian apalagi semuanya untuk amal kebaikan itu.
       Namun jika dipahami dengan logika keimanan atau keyakinan kepada janji Allah, bahwa harta yang dimiliki seseorang pada hakekatnya adalah milik Allah, dan jika Allah menghendaki seseorang yang berbuat baik kepada sesama manusia melalui pemberian zakat, wakaf, hibah, sedekah dan infak, maka sangat mudah bagi Allah untuk memberikan rezeki yang berlipat ganda dari jumlah harta yang dikeluarkannya untuk kebaikan itu. Kalaupun tidak diberikan balasan berupa harta, bisa jadi Allah membalasnya dengan kesehatan, terhindar dari bahaya, ketenangan hidup. Bukankah banyak orang kaya yang mengeluarkan banyak uang untuk mencari tempat atau momen yang memberikan kedamaian/ketenangan hidup? Banyak juga orang yang habis harta untuk berobat dari penyakit yang tak kunjung sembuh.
   Melalui tulisan ini saya ingin berbagi cerita mengenai kekuatan sedekah dalam kehidupan.  
A. Lulus Doktor dalam waktu 2 Tahun 2 Bulan
   Sekitar bulan Maret tahun 2008 salah seorang teman dosen IAIN Ambon mengajak saya melanjutkan studi ke Program Doktor pada Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Ajakan tersebut pada satu sisi sangat menggembirakan hati saya sebab sudah lama ingin lanjut studi ke S3. Namun pada sisi lain, timbul keraguan, sebab saya belum memiliki tabungan/dana untuk biaya pendidikan S3 dimaksud. Apalagi konsentrasi Syariah/Hukum Islam yang akan saya daftar nanti bukan program Beasiswa, alias saya harus cari biaya sendiri. Pendaftaran di saat itu ditutup sekitar awal Agustus 2008. Alhamdulillah dalam jangka waktu 4 bulan bisa mendapatkan uang biaya kuliah dan biaya hidup selama beberapa bulan di Makassar.
   Saya bisa mengumpulkan uang/biaya awal kuliah S3 tersebut karena pertolongan Allah melalui sedekah yang disisipkan dari penghasilan saya. Jumlah sedekah tersebut memang tidak seberapa, namun keberkahannya luar biasa. Dalam beberapa bulan sebelum berangkat mendaftar S3, banyak kegiatan yang tak pernah diduga yang bisa saya ikuti dan memberikan rezeki sehingga bisa memiliki sedikit uang saat berangkat ke Makassar.
   Sebagai mahasiswa dengan mengandalkan biaya sendiri, kesulitan dana selama mengikuti perkuliahan dan terutama saat melakukan penelitian dan menyusunan disertasi serta konsultasi dengan para promotor, merupakan hal yang harus saya hadapi. Berbekal keyakinan kepada kemurahan Allah, saya mengupayakan untuk bersedekah kepada orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Ternyata keajaiban pun muncul. Saya mendapat tawaran mengajar pada dua perguruan tinggi di hari-hari tidak ada perkuliahan (semester II). Honorariumnya bisa sedikit meringankan kebutuhan selama kuliah. Bahkan kemudian saya mendapat bantuan dari IAIN Ambon sebanyak dua kali, sehingga bisa membayar SPP semester III s/d IV.
  Keajaiban berikutnya, adalah sebelum akhir semester II, proposal disertasi saya sudah dirampungkan sehingga bisa konsultasi dengan para promotor dan co-promotor sehingga awal semester III sudah bisa seminar proposal. Pengumpulan data banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Penyusunan disertasi pun berjalan lancar meski dalam kondisi sakit. Begitu pula konsultasi disertasi dengan para promotor dan co-promotor. Sehingga saya dapat menyelesaikan seluruh tahapan studi hingga ujian promosi doktor dengan total waktu 2 tahun 2 bulan 9 hari.
      Semua hal yang saya alami selama menempuh studi S3 hingga selesai tepat waktu tersebut saya yakini sebagai bagian dari pertolongan Allah. Secara material saya tidak mampu membayar berbagai kebutuhan selama studi S3 yang jumlahnya termasuk "besar" untuk ukuran kemampuan finansial saya saat itu. Bahkan sebelum berangkat mendaftar S3, ada seorang teman meragukan kemampuan finansial saya jika melanjutkan studi S3 tanpa beasiswa. Hal itu sangatlah wajar karena teman itu tahu persis kondisi keuangan saya. Menjelang akhir studi ada tema dosen juga yang bertanya kepada saya: "apa ada sanak familimu yang ikut membiayai studimu? Gajimu khan cuma cukup biaya hidup keluargamu. Kok bisa membayar biaya kuliah dan berbagai kebutuhan selama kuliah itu." Pertanyaan itu sebenarnya muncul dari adanya kontrodiksi secara materil yang saya miliki dengan biaya pendidikan yang cukup besar itu. Bagaimana bisa mahasiswa S3 hanya memiliki sisa gaji Rp. 1.200.000/bulan yang hanya cukup untuk kebutuhan keluarga di Ambon (istri, 2 anak, dan 1 ponakan). Ponakan saya saat itu sedang kuliah S1. Pertanyaan teman tersebut saya hanya jawab, bahwa "saya juga tidak tahu kenapa bisa biaya keperluan kuliah saya."  

B. Disertasi Diterbitkan oleh Penerbit Internasional
    
      Sedekah memang mempunyai keberkahan yang luar biasa. Menjelang akhir tahun 2013 ada orang yang membutuhkan bantuan materil, padahal keluarga saya juga sangat  memerlukan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun dengan penuh keyakinan, orang tersebut dibantu ala kadarnya. Nominalnya tak perlu disebutkan. Dan sungguh tak disangka-sangka tiba-tiba usulan naskah saya untuk diterbitkan penerbit internasional di Eropa diterima. Terus terang saya sangat kaget setelah menerima e-mail dari penerbit pada awal tahun 2014 yang menyatakan bahwa setelah diteliti editor, naskah saya dinyatakan diterima dan layak untuk diterbitkan, bahkan tak lama kemudian muncul email bahwa buku saya sudah dijual di berbagai negara di Eropa, Amerika, dan Asia pada berbagai toko buku online. Setelah saya cek di internet ternyata informasi tersebut memang benar.
   Yang membuat saya takjub bukan nilai royalti yang akan saya terima dari penerbitan buku tersebut, namun saya dapat berdakwah kepada orang-orang non Islam tentang tema yang saya tulis dalam buku tersebut. Apalagi tema tersebut terkadang disalahpahami oleh sebagian orang non muslim, sehingga Islam dianggap toleran dengan kekerasan yang dilakukan suami kepada istrinya dalam lingkup rumah tangga. Padahal berdasarkan hasil bacaan saya diketahui, bahwa agama Islam sangat anti terhadap kekerasan termasuk kekerasan dalam rumah tangga. Bahkan para pemikir hukum Islam (ulama fiqh) klasik dan kontemporer telah menggagas upaya perlindungan korban kekerasan dalam rumah tangga terutama bagi istri. Perlindungan tersebut berbeda dengan perlindungan hukum pidana Indonesia yang hanya memberikan perlindungan secara represif dan kuratif setelah istri mengalami kekerasan dalam rumah tangga (menjadi korban) dari suaminya. Sedangkan hukum Islam justru telah memberikan perlindungan hukum kepada istri jauh sebelum dia menjadi korban, melalui upaya edukasi, preventif di samping represif.
    Buku tersebut sebenarnya pada awalnya sudah disetujui untuk diterbitkan oleh salah satu penerbit terkenal di pulau Jawa (maaf tidak etis menyebut nama penerbitnya). Bahkan saya sudah mendapat pemberitahuan via sms bahwa buku saya sudah selesai dicetak/diterbitkan, dan menanyakan alamat saya untuk pengiriman buku dimaksud. Namun ternyata yang dicetak dan terlanjur dikirim tersebut hanyalah "cetak ulang" buku saya yang telah diterbitkan sebelumnya, dan bukan dari naskah yang baru. Saya diminta untuk mengirim kembali naskah buku baru tersebut. Setelah saya kirim, saya menunggu beberapa bulan ternyata pihak penerbit keberatan untuk menerbitkannya dengan alasan mereka terlanjur cetak ulang buku saya yang pertama. Namun setelah saya renungkan ada hikmahnya juga. Dalam hal itu, disetujuinya naskah buku saya di penerbitkan internasional itu datang setelah sedekah kepada orang yang sangat membutuhkan bantuan pada saat kondisi saya juga lagi "kurang uang." Allah sungguh maha pemurah.
      Perlu dikemukakan bahwa sedekah yang diberikan kepada orang yang membutuhkannya HARUS DILANDASI NIAT LILLAHI TA'ALA (SEMATA-MATA MENCARI KEREDAAN ALLAH). Kalau pun muncul balasan yang diterima seorang hamba Allah yang bersedekah, maka hal itu hanyalah sebagai bentuk PANJAR dari pahala yang disediakan Allah di akherat kelak. Bersedekah dengan niat karena Allah dapat diibaratkan dengan menanam benih tanaman dengan baik, di samping tanamannya tumbuh dengan subur juga akan ditumbuhi rerumputan di sekitar tanaman tersebut. Begitu pula dengan sedekah yang diberikan karena Allah, ibarat tanaman yang tumbuh pahalanya yang akan dipanen di akherat nanti. Namun Allah akan berkenan memberikan balasan kepada yang bersangkutan sebagai PANJAR, dalam berbagai bentuk yang sangat dibutuhkannya.
     Balasan yang akan diperoleh seorang hamba dari sedekah yang diberikannya pada hakekatnya berbanding lurus dengan KUANTITAS DAN KUALITAS HAJAT/KEBUTUHANNYA. Jelasnya, bahwa jika mengharapkan sesuatu yang bernilai besar, maka sedekah yang diberikannya juga dianjurkan dalam jumlah besar. Ibarat pedagang, dalam bersedekah juga demikian. Bahkan mungkin terkesan tidak masuk akal dalam logika manusia. Jika ingin mendapatkan untung besar, maka perlu modal besar pula. Apalagi berbisnis dengan Allah yang Mahakaya, tentunya seorang hamba akan mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda.     
    
Dari pengalaman tersebut saya berkesimpulan bahwa:
  1. Pahala sedekah merupakan rahasia Allah, baik wujud maupun nilainya sehingga bersifat gaib. Pahala sedekah tersebut pada dasarnya akan diberikan kepada hamba di akherat kelak.
  2. Meskipun demikian, Allah berkenan memberikan "sedikit panjar di dunia" dari balasan sedekah yang dilakukan seseorang. Sebab Allah adalah zat Yang Mahakaya, sehingga sedikit panjar yang diberikan kepada hamba-Nya yang bersedekah tak akan mengurangi kekayaan-Nya.
  3. Sedekah yang dikeluarkan haruslah dilandasi keikhlasan dan keyakinan kepada Allah. Ikhlas tanpa mengharapkan balasan dari orang yang dibantu. Yakin bahwa Allah akan membalas kebaikan yang dilakukan setiap hamba-Nya. Yakin pula, bahwa sedekah yang diberikan seseorang tak akan mengakibatkannya menjadi miskin.
  4. Bukti pula, bahwa orang yang menuntut ilmu karena mencari reda-Nya akan mendapat rezeki khusus dari Allah.
  5. Sedekah bukan saja mendatangkan pertambahan harta namun juga melindungi seseorang dari penyakit, dan bahaya lainnya. 
  6. Tidak/jarang orang menjadi miskin karena rajin sedekah. Yang sering terjadi justru banyak orang kaya yang jatuh miskin karena enggan bersedekah (kikir). 
  7. Bersedekah dalam jumlah besar dari harta yang paling dicintai merupakan puncak sedekah. Bersedekah dengan jumlah yang sedikit tidak identik dengan ikhlas, sebab kalau mau ikhlas seharusnya memberikan sedekah dari harta yang paling disenangi dengan jumlah yang besar. Hal itu tentunya berat sebab berlawanan kecenderungan hawa nafsu manusia yang condong kepada kikir. Wallahu a'lam bish shawwab.