JANGAN PUTUS ASA DARI RAHMAT ALLAH
Dr. La Jamaa, MHI
Dalam kehidupan ini manusia akan selalu berhadapan dengan salah satu bagian dari sunnatullah, yakni pasang surut senang, bahagia, sukses dan susah, sedih, gagal. Kita tak bisa memaksakan hanya mau menerima kehidupan yang serba bahagia, dan tak mau menerima kondisi sulit. Mau atau tidak mau, rela ataupun tidak rela kedua kondisi yang datang silih berganti itu akan selalu dialami manusia dengan kadar dan kualitas tentunya berbeda antara satu sama lain.
Peredaran kedua kondisi kehidupan manusia itu pada hakekatnya erat kaitannya dengan kepentingan manusia juga. Ibarat siang dan malam, panas dan hujan. Sekiranya tidak ada pergantian siang dan malam, hujan dan panas maka akan berakibat fatal bagi kehidupan dalam makro kosmos. Misalnya, waktu siang ditambah atau waktu malam diperpanjang maka akan dapat menimbulkan bahaya bagi kehidupan dalam alam semesta. Demikian pula hanya kondisi bahagia dan susah memiliki rahasia dan hikmah bagi kemaslahatan hidup manusia. Kondisi susah diberikan Tuhan kepada manusia agar manusia menyadari kekurangannya di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa. Bahwa manusia hanya mampu berusaha mewujudkan harapan dan cita-citanya namun ada kekuatan Maha Besar yang akan menentukan kesuksesan usahanya. Dengan demikian, manusia tidak akan sombong, lupa diri serta tidak bersyukur kepada Allah saat meraih kesuksesan dan kebahagiaan hidup. Dalam kaitan ini kegagalan dan kesulitan hidup bertujuan untuk mendidik manusia tawadhu di hadapan Tuhan Yang Maha Besar serta bersikap SABAR dalam kehidupan. Yakinlah bahwa di balik kesulitan pasti ada kesuksesaan, seperti yang diisyaratkan oleh Allah dalam al-Qur'an, bahwa
ان مع العسر يسرا
"Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan."
Meski
terjadi badai, namun yakinlah bahwa badai pasti berlalu, meski langit gelap
namun mentari pasti akan bersinar di ufuk timur.
Sebaliknya, jika manusia meraih kebahagiaan dan kesuksesan akan direspon dengan sikap SYUKUR karena meyakini bahwa kebahagiaan dan kesuksesan hidup yang diraihnya merupakan anugerah dari Allah swt. Jika
bahagia haruslah tetap ingat kepada Allah jangan lupa daratan, apalagi kufur
kepada-Nya.
Karena
itu bagi seorang mukmin, kedua kondisi yang bertolak belakang secara diametral
itu akan selalu mendatangkan kebaikan dunia dan akherat. Sebab bersikap sabar
dalam merespon kesulitan hidup adalah suatu kebaikan. Demikian juga sikap
syukur dalam merespon kebahagiaan hidup. Jelasnya, SABAR dan SYUKUR adalah dua
hal yang sama-sama baik bagi seorang mukmin.
Gaya
hidup yang sedemikian itu akan membawa kedamaian hidup bukan saja dalam
kehidupan pribadi bahkan juga kehidupan sosial. BAHAGIA yang DISYUKURI akan
memberikan dorongan untuk berbagi kepada sesama umat manusia, sehingga akan
melahirkan kebahagiaan yang menyeluruh kepada alam semesta. Demikian pula SUSAH
yang diSABARI tidak akan menimbulkan sikap keputusasaan melainkan sikap OPTIMIS
dalam menatap kehidupan.
Bahkan
hidup susah yang dialami manusia belumlah sebanding dengan kebahagiaan yang
dianugerahkan Allah kepadanya. Namun terkadang manusia hanya memperhatikan
kesusahan yang dialaminya dengan melupakan kebahagiaan panjang yang dialaminya. Kita dapat belajar dari sikap Nabi Ayyub saat menderita penyakit yang sedemikian rupa sehingga konon ulat keluar dari dagingnya. Namun saat istrinya memohonnya agar sang Nabi berdoa mohon kesembuhan kepada Allah, Nabi Ayyub justru menjawab bahwa beliau merasa malu memohon kesembuhan kepada Allah. Sebab selama ini Allah telah menganugerahkan nikmat yang sangat banyak. Penderitaan penyakit yang dialaminya belum sebanding dengan nikmat yang telah Allah berikan kepadanya selama ini. Memang kita bukan nabi, namun sikap sabar dan tabah, tidak mengeluh dari cobaan, ujian Allah sangatlah penting.Hal itu mengajarkan kepada kita bahwa rahmat Allah yang Maha luas akan selalu menghampiri manusia, meskipun terkadang banyak manusia yang tidak menyadari kehadirannya. Apalagi rahmat Allah sebenarnya bukan saja berupa kenikmatan sesaat, kebahagiaan. Namun rahmat Allah yang maha luas dapat muncul melalui kesulitan. Sebab di balik kesulitan itu sebenarnya terkandung rahmat Allah, agar manusia senantiasa belajar dan berusaha untuk meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu mengatasi masalah. Masalah yang dihadapinya jika direspon dengan bijak dan positif dapat memberikan kesuksesan hidup. Setelah yang bersangkutan mengalami kesuksesan dalam perjuangan panjang dalam lika liku berbagai tantangan, barulah diketahui bahwa ternyata kesuksesan yang diraihnya dimotivasi oleh kegagalan demi kegagalan yang pernah dialaminya.
Bantuan Allah turun sebagai apresiasi-Nya terhadap usaha-usaha tiada henti dari sang hamba dalam meniti dan menjalani serta mewujudkan harapan dan impiannya. Dalam kehidupan ini jarang orang menggapai kesuksesan dengan cara yang instant. Justru kebanyakan orang menggapai suksesnya dengan berderai air mata. Bahkan ada dosen di Pascasarjana dulu yang mengistilahkannya dengan "berdarah-darah," dalam mewujudkan cita-cita yang mulia. Tidak bisa diraih dengan hanya santai menunggu keajaiban. Keajaiban Allah akan turun setelah Dia melihat hamba-Nya bersusah payah meskipun terkadang harapannya hampir sirna. Namun mentari pagi muncul melalui pertolongan Allah sehingga dia menyadari bahwa tak ada yang mustahil bisa diraih jika Allah yang "turun tangan" dengan kekuasaan-Nya membantu usaha hamba-Nya.
Saya secara pribadi meyakini keajaiban Allah akan turun membantu sekaligus memudahkan terwujudnya cita-cita dan tujuan seorang hamba dalam kepasrahan yang total kepada-Nya. Itulah tawakal yang diajarkan dalam Islam. Tawakal bukanlah pasrah tanpa usaha. Tawakal Islami adalah kepasrahan total kepada Allah setelah sang hamba telah berusaha secara maksimal sesuai sunnatullah. Sehingga usaha berhasil, maka dia akan sangat bersyukur kepada Allah. Dia tak akan kufur, lupa diri sebab dia meyakini bahwa kesuksesan itu bukan hasil usahanya melainkan pertolongan-Nya. Dia yang memudahkan hamba dalam berusaha hingga sampai ke ujung cita-cita. Sebaliknya, jika dia gagal, maka dia akan bersabar sebab menyadari bahwa di balik kegagalan itu ada rahasia Allah untuk kebaikan sang hamba. Sehingga dia tidak mengalami stress, galau dan patah hati.
Bantuan Allah turun sebagai apresiasi-Nya terhadap usaha-usaha tiada henti dari sang hamba dalam meniti dan menjalani serta mewujudkan harapan dan impiannya. Dalam kehidupan ini jarang orang menggapai kesuksesan dengan cara yang instant. Justru kebanyakan orang menggapai suksesnya dengan berderai air mata. Bahkan ada dosen di Pascasarjana dulu yang mengistilahkannya dengan "berdarah-darah," dalam mewujudkan cita-cita yang mulia. Tidak bisa diraih dengan hanya santai menunggu keajaiban. Keajaiban Allah akan turun setelah Dia melihat hamba-Nya bersusah payah meskipun terkadang harapannya hampir sirna. Namun mentari pagi muncul melalui pertolongan Allah sehingga dia menyadari bahwa tak ada yang mustahil bisa diraih jika Allah yang "turun tangan" dengan kekuasaan-Nya membantu usaha hamba-Nya.
Saya secara pribadi meyakini keajaiban Allah akan turun membantu sekaligus memudahkan terwujudnya cita-cita dan tujuan seorang hamba dalam kepasrahan yang total kepada-Nya. Itulah tawakal yang diajarkan dalam Islam. Tawakal bukanlah pasrah tanpa usaha. Tawakal Islami adalah kepasrahan total kepada Allah setelah sang hamba telah berusaha secara maksimal sesuai sunnatullah. Sehingga usaha berhasil, maka dia akan sangat bersyukur kepada Allah. Dia tak akan kufur, lupa diri sebab dia meyakini bahwa kesuksesan itu bukan hasil usahanya melainkan pertolongan-Nya. Dia yang memudahkan hamba dalam berusaha hingga sampai ke ujung cita-cita. Sebaliknya, jika dia gagal, maka dia akan bersabar sebab menyadari bahwa di balik kegagalan itu ada rahasia Allah untuk kebaikan sang hamba. Sehingga dia tidak mengalami stress, galau dan patah hati.
Wallahu a'lam bis shawwab.